Beranda | Artikel
Mengungkap Hikmah dari Perjalanan Musa dan Khidir (01)
Rabu, 7 Desember 2016

Ingin mengetahui bagaimanakah pelajaran dan hikmah berharga yang bisa diambil dari perjalanan Musa dan Khidir?

Mari kita ulas dari surat Al-Kahfi ayat 64 dan seterusnya.

 

Allah Ta’ala berfirman,

قَالَ ذَلِكَ مَا كُنَّا نَبْغِ فَارْتَدَّا عَلَى آَثَارِهِمَا قَصَصًا (64)

Musa berkata: “Itulah (tempat) yang kita cari”. Lalu keduanya kembali, mengikuti jejak mereka semula.

فَوَجَدَا عَبْدًا مِنْ عِبَادِنَا آَتَيْنَاهُ رَحْمَةً مِنْ عِنْدِنَا وَعَلَّمْنَاهُ مِنْ لَدُنَّا عِلْمًا (65)

Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami.

 

Faedah:

 

  1. Ilmu adalah karunia Allah yang besar karena ilmu selalu disandarkan pada Allah.
  2. Ilmu itu ada dua macam : (a) Ilmu yang dicari dengan usaha keras; (b) Ilmu yang Allah karuniakan pada hamba-hamba pilihan, yaitu ilmu “laduni” berupa ilmu ghaib.
  3. Ilmu yang diberikan pada Khidir tidak dimiliki oleh Musa. Ada juga ilmu yang diperoleh Musa yang tidak diketahui oleh Khidir.

 

قَالَ لَهُ مُوسَى هَلْ أَتَّبِعُكَ عَلَى أَنْ تُعَلِّمَنِ مِمَّا عُلِّمْتَ رُشْدًا (66)

Musa berkata kepada Khidhr: “Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?”

 

Faedah:

 

  1. Ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang mengantarkan pada kebaikan dan yang mencegah dari kejelekan. Karena dalam ayat ini disebutkan untuk diajarkan ilmu yang sifatnya rusydu (benar).
  2. Hendaklah belajar ilmu dari orang yang berilmu yang paham agama.
  3. Musa memiliki sifat tawadhu’ (rendah hati) sehingga mau belajar dari siapa pun, baik yang lebih rendah kedudukannya dari dirinya. Ingatlah, sifat tawadhu’ adalah jalan mudah meraih ilmu.
  4. Wajib menunjukkan adab yang baik dengan guru atau orang yang berilmu. Contohilah Musa ketika meminta pada Khidir dengan bahasa yang halus saat ingin menemani Khidir agar terus bisa belajar dan raih ilmu.

 

قَالَ إِنَّكَ لَنْ تَسْتَطِيعَ مَعِيَ صَبْرًا (67)

Dia menjawab: “Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sanggup sabar bersamaku.

 

Faedah:

 

  1. Khidir mengatakan pada Musa bahwa ia tidak mungkin bisa bersabar ketika melihat tingkah laku Khidir yang nanti akan menyelisihi syari’at Musa.
  2. Dalam belajar atau mencari ilmu butuh kesabaran. Orang yang tidak bersabar dalam menuntut ilmu sulit untuk meraih ilmu.

 

وَكَيْفَ تَصْبِرُ عَلَى مَا لَمْ تُحِطْ بِهِ خُبْرًا (68)

Dan bagaimana kamu dapat sabar atas sesuatu, yang kamu belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu?”

قَالَ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ صَابِرًا وَلَا أَعْصِي لَكَ أَمْرًا (69)

Musa berkata: “Insya Allah kamu akan mendapati aku sebagai seorang yang sabar, dan aku tidak akan menentangmu dalam sesuatu urusan pun”.

 

Faedah:

 

  1. Kita diperintahkan untuk tidak mudah-mudahan dalam menghukumi sesuatu sampai dapat ilmu atau bukti. Faedah ini diambil dari ayat 68.
  2. Khidir mengetahui bahwa Musa nantinya akan mengingkari apa yang ia lakukan, padahal ada hikmah-hikmah berharga dari apa yang dilakukan oleh Khidir yang tidak diketahui Musa.
  3. Diperintahan untuk mengucapkan “ InsyaAllah” (artinya: semoga Allah menghendaki) pada suatu kejadian akan datang.
  4. Tujuan mengucapkan insya Allah supaya seseorang tidak terlalu PD (percaya diri) yaitu bergantung dan takjub pada diri sendiri, sehingga lupa dari tawakkal pada Allah. Karena ingatlah sebenarnya Allah-lah yang memberikan kemudahan.

 

قَالَ فَإِنِ اتَّبَعْتَنِي فَلَا تَسْأَلْنِي عَنْ شَيْءٍ حَتَّى أُحْدِثَ لَكَ مِنْهُ ذِكْرًا (70)

Dia berkata: “Jika kamu mengikutiku, maka janganlah kamu menanyakan kepadaku tentang sesuatu apapun, sampai aku sendiri menerangkannya kepadamu”.

 

Faedah:

 

  1. Boleh meminta janji pada orang lain dan hendaknya itu ditepati, termasuk juga dalam menuntut ilmu atau belajar.
  2. Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullah memberikan faedah berharga, hendaklah seorang murid jangan terburu-buru membantah penjelasan gurunya. Hendaklah ia menunggu sampai penjelasannya tuntas, baru bertanya. Itulah adab yang harus dipenuhi seorang murid pada gurunya yang didapat dari kisah Khidir dan Musa.

 

Selanjutnya …

 

Ada tiga peristiwa yang dilakukan Khidir kemudian diingkari oleh Musa :

  1. Khidir membocorkan dan menenggelamkan perahu.
  2. Khidir membunuh seorang bocah.
  3. Khidir membetulkan dinding rumah dan tidak meminta upah.

 

Referensi:

Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim. Ibnu Katsir.

Tafsir Al-Qur’an Al-Karim. Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin.

Taisir Al-Karim Ar-Rahman. Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di.

Diselesaikan di DS, Panggang, Gunungkidul, 7 Rabi’ul Awwal 1438 H

 


Artikel asli: https://rumaysho.com/14994-mengungkap-hikmah-dari-perjalanan-musa-dan-khidir-01.html